Introvert yang Berorganisasi
Halo makhluk hidup!
Hari ini Bunglon senang sekali bisa menulis lagi setelah satu minggu kekurangan materi wkwkwk. Jujur banget ya Bunglon. Semoga postingan kali ini bisa semakin membuka pikiran kita ya. Aamiin.
Bunglon nggak mau basa-basi lagi, jadi langsung saja kita mulai cerita dari seorang mahasiswi yang mari kita sebut Bebby.
Nah Bebby ini adalah mahasiswa D3 di salah satu universitas negeri yang ada di Surabaya. Dalam kesehariannya, Bebby dikenal sebagai seseorang yang tidak banyak bicara dan hanya melakukan sesuatu jika diperlukan. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan dirinya sendiri dan bukan sosok yang cukup ekspresif. Bebby sendiri sebenarnya seorang introvert. Namun, apa menariknya jika ia introvert? Nah, menariknya adalah ia merupakan anggota himpunan mahasiswa (HIMA). Gimana? Sudah menemukan menariknya?
Yap, menariknya adalah seorang introvert berorganisasi. Bagaimana ia bisa nyaman dengan lingkungan yang tidak biasa baginya? Bagaimana proses Bebby berusaha membiasakan perilaku serta sikapnya yang harus lebih aktif? Serta apa alasannya mengikuti organisasi? Yuk baca sampai selesai ya.
Sebenarnya Bebby sudah berorganisasi sejak duduk di bangku SMA. Saat itu Bebby adalah seorang anggota divisi selama satu tahun, kemudian satu tahun kemudian menjabat sebagai sekertaris MPK hingga kelas tiga. Lalu pensiun. Saat mendaftar pertama kali sebagai seorang anggota OSIS, Bebby memberitahu Bunglon alasan utamanya berorganisasi. Dan alasan itu bagi Bunglon sangat mainstream, namun kuat bagi Bebby.
Bebby mengaku bahwa ia tidak ingin jika tidak memiliki teman. Meskipun ia lebih menyukai menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri saat sedang sendirian, ia tidak ingin jika di sekolah hanya luntang-lantung. Maka dari itu, ingin mendapatkan banyak teman adalah tujuan utamanya dalam berorganisasi. Sebenarnya tidak mudah bagi Bebby pada awalnya untuk memposisikan dan menyesuaikan dirinya dengan situasi yang ada di depan mata.
Di satu sisi ia tidak banyak bicara. Di sisi lain, ia harus aktif demi mengimbangi posisinya sebagai anggota organisasi. Tapi untungnya, tidak sedikit pula teman kelas Bebby yang sudah akrab juga bergabung organisasi. Sehingga ia tidak perlu terlalu canggung. Bebby juga mengatakan harus pintar-pintar memposisikan perilaku. Mana yang untuk organisasi, mana yang untuk di luar organisasi.
Bebby menyebutnya semacam "Alter Ego". Menurut wikipedia alter ego sendiri adalah diri kedua yang dipercaya berbeda daripada orang kebanyakan atau kepribadian yang sebenarnya. Sudah jelas? Sudah paham? Nih Bunglon gamblangin lagi. Alter ego adalah kondisi dimana seseorang membentuk kepribadian lain secara sadar dan atas wewenangnya sendiri. Biasanya berbeda situasi atau berbeda tempat, beda kepribadiannya. Bukan kepribadian ganda loh ya. Beda. Lebih jelasnya kalian bisa search sendiri ya hehehe.
Bebby mengatakan, introvert adalah karakter miliknya yang sesungguhnya. Ia akan berubah menjadi intovert jika sedang dalam keadaan sendiri, dalam lingkungan keluarga, dan dalam kehendaknya dimanapun ia berada. Sedangkan saat bersosial seperti berorganisasi, ia memiliki karakter yang sedikit lebih aktif, meskipun masih pendiam. Ia juga bukan seseorang yang benar-benar menutup dirinya saat berorganisasi. Ya karena ia hanya memposisikan karakter sesuai tempatnya saja.
Apa kendalanya menjadi introvert saat berorganisasi?
Kendalanya tidak banyak. Hanya saja Bebby mengaku kurang ekspresif dan hanya menunjukkan emosi yang ia rasakan saat ia merasa perlu saja. Pengalamannya saat menjadi ketua pelaksana acara di universitasnya, juga tidak terlalu bagus bagi seseorang introvert seperti Bebby.
Bebby tidak bisa dan terkesan ragu untuk bertindak sedikit tegas pada rekan-rekannya. Akhirnya ia tidak pernah berani untuk marah atau sekadar menegaskan anggota. Bunglon juga pernah mendapati ia menyiapkan perlengkapan divisinya sendirian tanpa bantuan anggotanya, karena ya itu tadi. Ia tidak ingin menimbulkan keributan. Ia juga terkadang masih belum berani untuk mengungkapkan kekesalan atau pusingnya dia mengurus sebuah acara. Sehingga pada awalnya ada beberapa pekerjaan divisi lain yang harus ia ikut andil penuh.
Tetapi meskipun begitu, ia merasa cukup puas dengan apa yang sudah ia lakukan. Ia juga mengaku skill public speakingnya sudah mulai berkembang dengan baik. Bahkan ia sekarang sudah berani untuk berbicara di depan umum. Karena dahulu, sebagai seorang introvert, ia masih malu dan tidak ingin menghadapi publik.
Berkat organisasi juga, ia belajar banyak hal soal pengembangan diri dan penyesuaian karakter. Ia bahkan tidak bisa membayangkan jika tidak berorganisasi dari awal. Mungkin ia hanya butiran debu, pikirnya.
Menjadi seorang introvert memang tidak mudah jika harus menghadapi situasi yang tidak pernah kita jumpai sebelumnya. Harus menjadi aktiflah, harus memimpin inilah, itulah, dan masih banyak lagi. Padahal itu adalah hal-hal yang bertolak belakang dengan introvert bukan?
Tapi buat kalian yang introvert jangan bersedih. Kalian masih bisa berkesempatan untuk memiliki banyak teman. Jangan menjadi anti sosial yang seakan-akan tidak membutuhkan uluran tangan orang lain. Mau introvert atau ekstrovert kek, kita semua memiliki hak untuk berteman, bersosial, dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya untuk pengembangan diri.
Jadi jangan berkecil hati, dan tetap lakukan hal yang baik. Beranilah untuk sedikit terbuka dan jangan segan untuk mencoba hal baru. Contohnya organisasi :)
Sekian untuk hari ini, semoga kalian yang introvert bisa lebih berkembang. Dan buat kalian yang ekstrovert, yuk bantu teman introvertnya untuk berkembang dan mengenal dunia.
Mohon maaf bila ada salah kata, jangan lupa terus update dengan follow instagram Bunglon di @bunglonmengetik. Karena disitu ada radio content yang membahas opini lain Bunglon dan tidak Bunglon posting di blog.
Jika kamu punya cerita/opini/puisi bisa kirimkan teksnya ke email Bunglon di bunglonmengetik@gmail.com
Salam.
Hari ini Bunglon senang sekali bisa menulis lagi setelah satu minggu kekurangan materi wkwkwk. Jujur banget ya Bunglon. Semoga postingan kali ini bisa semakin membuka pikiran kita ya. Aamiin.
Bunglon nggak mau basa-basi lagi, jadi langsung saja kita mulai cerita dari seorang mahasiswi yang mari kita sebut Bebby.
Nah Bebby ini adalah mahasiswa D3 di salah satu universitas negeri yang ada di Surabaya. Dalam kesehariannya, Bebby dikenal sebagai seseorang yang tidak banyak bicara dan hanya melakukan sesuatu jika diperlukan. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan dirinya sendiri dan bukan sosok yang cukup ekspresif. Bebby sendiri sebenarnya seorang introvert. Namun, apa menariknya jika ia introvert? Nah, menariknya adalah ia merupakan anggota himpunan mahasiswa (HIMA). Gimana? Sudah menemukan menariknya?
Yap, menariknya adalah seorang introvert berorganisasi. Bagaimana ia bisa nyaman dengan lingkungan yang tidak biasa baginya? Bagaimana proses Bebby berusaha membiasakan perilaku serta sikapnya yang harus lebih aktif? Serta apa alasannya mengikuti organisasi? Yuk baca sampai selesai ya.
Sebenarnya Bebby sudah berorganisasi sejak duduk di bangku SMA. Saat itu Bebby adalah seorang anggota divisi selama satu tahun, kemudian satu tahun kemudian menjabat sebagai sekertaris MPK hingga kelas tiga. Lalu pensiun. Saat mendaftar pertama kali sebagai seorang anggota OSIS, Bebby memberitahu Bunglon alasan utamanya berorganisasi. Dan alasan itu bagi Bunglon sangat mainstream, namun kuat bagi Bebby.
Bebby mengaku bahwa ia tidak ingin jika tidak memiliki teman. Meskipun ia lebih menyukai menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri saat sedang sendirian, ia tidak ingin jika di sekolah hanya luntang-lantung. Maka dari itu, ingin mendapatkan banyak teman adalah tujuan utamanya dalam berorganisasi. Sebenarnya tidak mudah bagi Bebby pada awalnya untuk memposisikan dan menyesuaikan dirinya dengan situasi yang ada di depan mata.
Di satu sisi ia tidak banyak bicara. Di sisi lain, ia harus aktif demi mengimbangi posisinya sebagai anggota organisasi. Tapi untungnya, tidak sedikit pula teman kelas Bebby yang sudah akrab juga bergabung organisasi. Sehingga ia tidak perlu terlalu canggung. Bebby juga mengatakan harus pintar-pintar memposisikan perilaku. Mana yang untuk organisasi, mana yang untuk di luar organisasi.
Bebby menyebutnya semacam "Alter Ego". Menurut wikipedia alter ego sendiri adalah diri kedua yang dipercaya berbeda daripada orang kebanyakan atau kepribadian yang sebenarnya. Sudah jelas? Sudah paham? Nih Bunglon gamblangin lagi. Alter ego adalah kondisi dimana seseorang membentuk kepribadian lain secara sadar dan atas wewenangnya sendiri. Biasanya berbeda situasi atau berbeda tempat, beda kepribadiannya. Bukan kepribadian ganda loh ya. Beda. Lebih jelasnya kalian bisa search sendiri ya hehehe.
Bebby mengatakan, introvert adalah karakter miliknya yang sesungguhnya. Ia akan berubah menjadi intovert jika sedang dalam keadaan sendiri, dalam lingkungan keluarga, dan dalam kehendaknya dimanapun ia berada. Sedangkan saat bersosial seperti berorganisasi, ia memiliki karakter yang sedikit lebih aktif, meskipun masih pendiam. Ia juga bukan seseorang yang benar-benar menutup dirinya saat berorganisasi. Ya karena ia hanya memposisikan karakter sesuai tempatnya saja.
Apa kendalanya menjadi introvert saat berorganisasi?
Kendalanya tidak banyak. Hanya saja Bebby mengaku kurang ekspresif dan hanya menunjukkan emosi yang ia rasakan saat ia merasa perlu saja. Pengalamannya saat menjadi ketua pelaksana acara di universitasnya, juga tidak terlalu bagus bagi seseorang introvert seperti Bebby.
Bebby tidak bisa dan terkesan ragu untuk bertindak sedikit tegas pada rekan-rekannya. Akhirnya ia tidak pernah berani untuk marah atau sekadar menegaskan anggota. Bunglon juga pernah mendapati ia menyiapkan perlengkapan divisinya sendirian tanpa bantuan anggotanya, karena ya itu tadi. Ia tidak ingin menimbulkan keributan. Ia juga terkadang masih belum berani untuk mengungkapkan kekesalan atau pusingnya dia mengurus sebuah acara. Sehingga pada awalnya ada beberapa pekerjaan divisi lain yang harus ia ikut andil penuh.
Tetapi meskipun begitu, ia merasa cukup puas dengan apa yang sudah ia lakukan. Ia juga mengaku skill public speakingnya sudah mulai berkembang dengan baik. Bahkan ia sekarang sudah berani untuk berbicara di depan umum. Karena dahulu, sebagai seorang introvert, ia masih malu dan tidak ingin menghadapi publik.
Berkat organisasi juga, ia belajar banyak hal soal pengembangan diri dan penyesuaian karakter. Ia bahkan tidak bisa membayangkan jika tidak berorganisasi dari awal. Mungkin ia hanya butiran debu, pikirnya.
Menjadi seorang introvert memang tidak mudah jika harus menghadapi situasi yang tidak pernah kita jumpai sebelumnya. Harus menjadi aktiflah, harus memimpin inilah, itulah, dan masih banyak lagi. Padahal itu adalah hal-hal yang bertolak belakang dengan introvert bukan?
Tapi buat kalian yang introvert jangan bersedih. Kalian masih bisa berkesempatan untuk memiliki banyak teman. Jangan menjadi anti sosial yang seakan-akan tidak membutuhkan uluran tangan orang lain. Mau introvert atau ekstrovert kek, kita semua memiliki hak untuk berteman, bersosial, dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya untuk pengembangan diri.
Jadi jangan berkecil hati, dan tetap lakukan hal yang baik. Beranilah untuk sedikit terbuka dan jangan segan untuk mencoba hal baru. Contohnya organisasi :)
Sekian untuk hari ini, semoga kalian yang introvert bisa lebih berkembang. Dan buat kalian yang ekstrovert, yuk bantu teman introvertnya untuk berkembang dan mengenal dunia.
Mohon maaf bila ada salah kata, jangan lupa terus update dengan follow instagram Bunglon di @bunglonmengetik. Karena disitu ada radio content yang membahas opini lain Bunglon dan tidak Bunglon posting di blog.
Jika kamu punya cerita/opini/puisi bisa kirimkan teksnya ke email Bunglon di bunglonmengetik@gmail.com
Salam.
Comments
Post a Comment