Minoritas di Jurusan Kesehatan

Halo makhluk hidup!
Salam sejahtera untuk kita semua. Bunglon bosen nih basa - basi tanya apa kabar mulu. Jadi Bunglon ganti pertanyaannya ya.

Halo semuanya? Bagaimana hari kalian? Apakah penuh suka cita atau justru penuh duka? Daripada bersedih mulu, yuk kita baca cerita pengalaman di bawah ini. Cekidot...


Namanya Bagus Harist Rahandyan. Sedang menempuh pendidikan analis kesehatan di Akademi Analis Kesehatan Gresik. Dia Bunglon pilih sebagai narasumber untuk tema ini, karena ada beberapa poin menarik yang bisa Bunglon kulik darinya.

Bagus adalah satu - satunya teman laki - laki Bunglon yang menempuh pendidikan di jurusan kesehatan. Tidak seperti teman laki - laki Bunglon lainnya yang memilih jurusan lebih 'manly' dan sesuai passion 'laki - laki yang sebenarnya'. Terlebih lagi, Bagus dan teman kuliah laki - laki lainnya adalah kelompok minoritas di kampusnya. Dimana tentu saja bahwa kampusnya didominasi oleh mahasiswa perempuan, dan jumlah mahasiswa laki - laki di jurusannya tiap tahun menurun.

Nah disini Bunglon akan lebih dalam lagi membahas soal mengapa dunia kesehatan itu 'minim' laki - laki dan bagaimana Bagus menikmati lingkungan belajarnya yang notabenenya perempuan menang jumlah.

Berdasarkan pernyataan Bagus tentang mengapa dunia kesehatan itu 'minim' laki - laki (kedokteran dikecualikan), ia berpendapat bahwa pada dasarnya perempuan memang lebih cocok dalam dunia kesehatan ketimbang laki - laki.  Entah itu analis kesehatan, gizi, kesehatan masyarakat, atau bahkan farmasi. Memang sekarang bisa dilihat bahwa lulusan farmasi, laki - laki mampu mengambil jumlah. Seperti apoteker. Tapi untuk yang lain? Masih kalah jumlah.

Dari segi ketelatenan, keuletan, dan ketelitian, menurut Bagus perempuan memiliki nilai lebih perihal tiga poin tadi daripada laki - laki. Tak hanya itu, ia juga memaparkan bahwa laki - laki memang pantasnya bergelut dengan mengandalkan kekuatan fisik yang dimana tadi Bunglon sebutkan bahwa itu adalah jurusan yang 'manly' dan sesuai 'passion laki - laki yang sebenarnya'

Apakah itu? Tentu saja bisa ketebak. Teknik. Jurusan Teknik didominasi oleh kaum laki - laki, karena itu memang tempat mereka bagi yang 'menyukai' pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik serta praktek. Tapi apakah itu serta merta membuat jurusan kesehatan dianggap lemah oleh kaum laki - laki? OH SEHARUSNYA TIDAK!

Menurut Bagus, berkuliah di jurusan kesehatan bukan berarti ia lemah. Awalnya memang sempat minder. Karena dibanding dengan teman lainnya yang berkuliah di teknik atau jurusan soshum lain, Bagus lah yang berbeda sendiri. Terlebih lagi ada salah satu dosennya yang membedakan nilai menurut gender. Dan tentu saja dosen ini lebih mengutamakan mahasiswa perempuan dalam soal nilai. Hal itu membuat Bagus sempat merasa aneh (walau pada akhirnya ia berusaha bodo amat) dan merasa jurusan ini bukan untuknya. Ya walaupun hanya dosen itu saja yang membedakan, tetapi bisa menimbulkan kesenjangan gender. Tapi sejak ia menjalankan pendidikan dan berusaha menikmati setiap prosesnya kuliah, Bagus sudah mampu mengambil titik nyamannya. Bahkan sekarang ia berani mengatakan bahwa kesehatan itu nomor satu. Padahal sebelumnya ia tidak tau sama sekali tentang dunia kesehatan.

Perkataan tersebut tidak hanya didasari latar belakangnya yang berkuliah di jurusan kesehatan. Tapi ia juga telah disadarkan berkat jurusan tersebut. Sadar akan betapa pentingnya nyawa manusia. Dimana nanti ia akan bertanggung jawab dibawah sumpah. Dimana dalam sumpah itu nantinya akan tercantum bahwa ia akan bertanggung jawab atas pasiennya kelak.

Ia menyatakan, memang awalnya tidak mudah karena ini bukanlah keinginan pribadi Bagus. Untuk sekadar tau, Bagus memulai kuliahnya di jurusan analis kesehatan berkat dorongan Ibunya yang tentunya adalah seorang PNS di dunia kesehatan. Terlebih lagi kebanyakan teman - temannya adalah perempuan yang dimana terkadang perempuan adalah sumber 'kehebohan' dan sedikit 'ribet'. Tetapi berkat kesupelannya dan juga mudah beradaptasi, Bagus bisa bergaul dan dengan mudah menjalankan kuliahnya tanpa terganggu oleh situasi maupun kondisi tertentu.

Dengan analis kesehatan pun, Bagus mendapati bahwa sebenarnya dunia kesehatan itu menyenangkan. Meskipun notabenenya perempuan lebih cocok akan tugas tersebut, tetapi laki - laki tak ada salah untuk mencoba hal baru. Memang terkadang orang menganggap laki - laki di dunia kesehatan itu pekerjaannya tidak jelas. Tapi menurut Bunglon, justru bekerja di dunia kesehatan itu adalah hal khusus. Dimana tidak semua orang mampu mengerjakannya. Karena hanya yang bersertifikat resmi atau berijazah kesehatanlah yang mampu menjajal pekerjaan kesehatan.

Kaum laki - laki yang Bunglon sebutkan bukan berarti semua beranggapan sama. Tentu tidak semua laki - laki menganggap jurusan kesehatan itu lemah, tetapi ada yang beranggapan seperti itu. Sebagian.

Lalu bagaimana Bagus dan kaum minoritasnya membangun percaya diri? Yuk simak di bawah ini.

 1. Jadilah seseorang yang supel alias pandai bergaul dan tidak pandang bulu. Mau laki - laki ataupun perempuan, jalin pertemanan sebanyak-banyaknya. Hal itu agar kamu bisa menyesuaikan lingkungan kuliahmu meskipun minoritas
 2. Tunjukkan sikap 'manly' kamu meskipun jurusanmu tidak se 'manly' yang orang lain kira
 3. Hilangkan rasa minder dengan bersikap biasa saja tanpa gengsi
 4. Buktikan pada orang lain bahwa jurusan kamu itu sama baiknya dengan jurusan lain
 5. Tak perlu malu menjelaskan bahwa kamu dari jurusan kesehatan karena malu hanya menimbulkan rasa gengsi

Lima poin diatas seenggaknya bisa membantu kalian mengatasi rasa tidak percaya diri di jurusan kesehatan. Semoga kalian terbantu ya dengan pengalaman Bagus maupun dengan penjelasan Bunglon. Mau minoritas atau mayoritas sekalipun, kalau cuma gengsi dan malu yang ditinggikan untuk apa?

Nah sekian untuk postingan hari ini. Maaf kalau ada salah kata atau penjelasan ya. Bagi kalian yang mau kirim opini, puisi, dan cerita pengalaman bisa langsung kirim surel ke bunglonmengetik@gmail.com atau cek instagran kami @bunglonmengetik.

Salam.

Comments

Popular Posts