Ceritaku Pertama Kali Kerja Hingga Resign

Halo makhluk hidup !
Kembali lagi bersama saya. Kali ini saya kan kembali menceritakan pengalaman saya pertama kali kerja disebuah usaha konveksi rumahan sebagai digital marketing. Tak hanya itu, saya juga akan menceritakannya dari awal hingga kenapa saya resign. Oke langsung saja ya...





Setelah lulus dari SMA, apa yang saya lakukan tidak seperti teman - teman saya lainnya yang berkuliah diuniversitas negeri ataupun swasta. Saya memilih langsung bekerja sesuai dengan planning yang sudah saya bahas di bagian kelima Pengalaman Penuh Hikmah Masa SMA yaitu "Rencana Baru" Pengalaman Penuh Hikmah Masa SMA (5). Sebelumnya saya memang sudah pernah bekerja disebuah fotocopyan dan bertanggung jawab atas operator printing tapi hanya sebentar. Namun bagi saya itu bukan sebuah 'kerja' walau saya mendapat penghasilan dari sana. Melainkan saya menganggap itu hanya membantu, karena sedari awal pemilik toko hanya meminta bantuan saya diwaktu - waktu tertentu saja dan kebablasan minta bantuan jadi setiap hari selama sekitar 2 atau 3 bulan. Dan selepas itu, saya diterima disebuah usaha konveksi rumahan namun sudah menjual produknya hingga mancanegara.

Singkat cerita, hari pertama saya bekerja semua berjalan baik - baik saja. Saya datang tepat waktu, yaitu sebelum jam masuk kerja. Owner dari tempat saya bekerja juga menerima saya dengan baik. Saya bekerja dilantai dua rumah owner. Dimana disana terdapat satu ruangan yang memuat 6 pegawai termasuk saya. Seperti usaha rumah lainnya, pegawai lama menyambut saya dengan sangat ramah pada awalnya. Mereka mengenakan seragam sedangkan saya belum. Saya masih harus melewati masa trainee selama 3 bulan.  Dihari pertama kerja, saya melakukan hal - hal wajib sebagai mana para trainer disana lakukan. Kebetulan saat itu hanya saya pegawai baru ditempat tersebut. Dan seperti pegawai lainnya, saya pulang jam 4 sore.

Pada awal melamar, saya mengisi lamaran untuk posisi customer service. Namun, karena keahlian saya yang lain serta latar belakang saya yang sedikit berbeda dari pegawai lama, saya dialih tugaskan untuk memegang digital marketing. Bukan hal yang mudah karena ini pengalaman pertama saya. Namun, karena dialihkan tugas itu tadi membuat saya kerap kali tidak terlalu sibuk dibandingkan pegawai lainnya yang repot mengurusi customer. Dan bisa dibilang tugas saya tidak terlalu padat. Tugas saya cukup enteng disetiap harinya. Saya hanya perlu update status difacebook, update story diinstagram, membalas komentar, dan live review  diwaktu - waktu tertentu. Dan ya seperti yang kalian tau, tidak setiap menit komentar selalu datang, tidak setiap menit pula saya harus update. Semua sudah terjadwal dan hanya saya serta owner yang tau progress digital marketing itu tadi jalannya bagaimana.

Singkat cerita sudah semingguan saya kerja disana. Namun, secara tiba - tiba perilaku 5 pegawai sangat berbeda dari pertama kali saya bekerja disana. Perilaku mereka terkesan sangat judes dan terlihat rasa tidak suka pada saya. Saya pun akhirnya menanyakan pada pegawai yang duduknya berada didepan saya, dan dia menjawab tidak tau apa - apa. Memang kalau dari segi umur, saya yang paling muda dengan jarak 5 tahun. Jadi, saya juga tidak bisa secara gamblang atau blak - blak an menanyakan perihal remeh tersebut. Yang saya lakukan hanya tetap menjaga sikap saja dan masa bodoh dengan perilaku mereka.



Semakin lama, tugas saya semakin terlihat rumitnya. Namun, rumitnya tidak setiap hari, yaitu hanya pada waktu tertentu saja. Seperti saat ada barang baru datang, selain update story maupun status, saya juga harus melakukan live review. Saya juga melakukan pemotretan detail pakaian pada alas karpet bulu untuk di upload. Tidak berhenti disitu, setelahnya saya masih harus mengedit foto satu - persatu
dan itu membutuhkan waktu dua hari lamanya. Sehingga terkadang saya harus lembur hingga maghrib. Esoknya pun saya harus langsung upload disemua sosial media milik usaha konveksi tersebut. Menurut saya itu masih masa - masa sulit, mengingat saya belum disediakan laptop untuk mengedit dan ponsel kantor yang spesifikasi sistemnya sangat lemah, sehingga kerap kali lemot dan membuat upload an diinstagram rusak.

Karena hal tersebutlah saya harus meminjam laptop pegawai lain bagian administrasi/rekap untuk mengedit foto. Karena perilaku satu kantor yang berubah, tentu saja pegawai tersebut agak berat hati meminjamkan laptop kantornya. Bahkan terkadang dia juga menyindir saya maupun owner yang dirasa tidak efisien. Tapi saya tidak menggubris sindiran tersebut.

Dibulan ketiga bekerja, akhirnya saya diberi laptop sendiri untuk mengatur semua digital marketing. Tetapi ya tetap saja, laptop yang saya pegang cepat sekali baterainya untuk habis. Sedangkan jarak stopkontak dengan meja saya sangat jauh karena berada dimeja "mbak - mbak lainnya". Jadi dikantor saya waktu itu terdapat 2 meja. satu meja  itu ditempati oleh administrasi, 2 customer service, dan bagian packing. Sedangkan 1 meja lainnya ditempati oleh saya dan 1 customer service. Seperti yang saya jelaskan diatas, semenjak perilaku mereka berubah, saya menjadi lebih takut terhadap mereka karena sangat ketus dan kerap kali menyindir saya. Hal itulah yang membuat saya tidak bisa mengisi daya laptop seenaknya sendiri. Saya juga tidak diijinkan oleh pegawai senior mengisi daya ponsel kantor dengan kabel charge yang disediakan owner, sehingga mengharuskan saya untuk membawa kabel charge sendiri.

Jadi, saya mulai berpikir betapa susahnya menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang tidak mendukung. Waktu itu saya benar - benar dikucilkan karena rasa tidak suka pegawai lain terhadap saya. Semua itu karena tugas saya yang terlihat lebih mudah daripada mereka. Padahal jika dilihat skala kerumitan juga sama saja, hanya mereka saja yang tidak paham dan jiwa senioritasnya terlalu tinggi. Selama masa itu tentu saja saya tertekan sehingga banyak sekali yang saya pikirkan. Terkadang saya juga mengingat masa sekolah saya yang saya rasa tidak sekeras ini. Hal lainnya yaitu, saya dianak emaskan oleh owner dan itulah yang membuat pegawai senior sedikit geram. Mereka juga sering mengadukan hal - hal mulai dari yang tidak masuk akal hingga hal yang tidak pernah saya lakukan, sebagai cara untuk membuat owner meragukan saya. Saya  juga harus benar - benar duduk diam membeku dikursi saya selama 8 jam lamanya. Tidak bisa melakukan peregangan atau pergi ke kamar mandi sering - sering, karena setiap gerak dan apapun yang saya lakukan selalu dipantau mereka dan sedikit - sedikit disindir.

Hal itu tentu saja membuat saya risih, tidak bebas, dan terganggu. Saya merasa diperlakukan tidak adil dan semena - mena. Yang saya alami benar - benar diluar batas kekeluargaan. Saya hanya tidak mengerti otak mereka itu berpikir bagaimana. Hingga saya mengingat masa - masa saya saat masih difotocopyan. Tugas disana lebih berat. Setiap jam harus meladeni pelanggan yang berjibun sedangkan pegawai dishift saya hanya 3 orang saja. Namun, yang membuat saya berani membandingkan dengan tempat kerja baru saya saat itu adalah dari segi kekeluargaan dan saling respek.  Seperti contohnya saat kami salah cetak atau mesin fotocopy rusak, kami tidak saling menyalahkan. Justru kami lewati dan atasi bersama. Kami saling membimbing dan membantu sesibuk apapun.

Kembali lagi, ceritanya sudah memasuki bulan keempat. Bulan dimana perlakuan para pegawai senior semakin menjadi - jadi. Sindiran mereka lebih sarkas dibanding sebelumnya. Perkataan jelek pun sering saya dapatkan dari mereka yang merasa tidak terima betapa mudahnya tugas saya. Tapi, bagi saya, tugas yang saya lakukan juga tidak mudah. Selain harus kreatif, saya juga harus mengedit dengan benar. Bahkan kerap kali saya juga salah mengedit. Entah itu kontrasnya kurang atau saturasinya kurang, dan lain sebaginya.



Sampai suatu ketika pada pertengahan bulan keempat, saya disidang habis - habisan oleh owner saya. Semua aduan para pegawai senior diungkapkan pada saya. Dari yang tidak penting hingga yang fitnah. Dari awal saya sudah mengelak. Saya juga meluruskan segalanya, karena memang saya tidak melakukan hal - hal tersebut. Namun, karena owner yang tidak lagi percaya pada saya, akhirnya dia memanggil pegawai senior lainnya. Bukannya dapat membela diri, saya justru dibentak oleh mereka dan dituduh pembohong. Suara mereka sangat keras, terlebih mereka juga lebih tua dari saya. Saya hanya bisa diam dan menunduk.

Sejak saat itu saya berpikir, ini bukan kekeluargaan. Ini tindasan dan senioritas. Iya benar kekeluargaan, tapi hanya pegawai senior yang menjalin kekeluargaan. Sedangkan saya, ketika ingin masuk bagian dari keluarga mereka sudah didepak duluan (cuma perumpamaan). Saya merasa ini sudah tidak benar. Saya bekerja disini memang untuk diri saya sendiri dan dibawah naungan owner, tapi saya tidak dapat mengorbankan harga diri serta kenyamanan saya disana.

Sewaktu pulang,  saya bercerita pada teman terdekat saya dan orang tua saya. Tentu saja mereka tidak terima dengan perlakuan tersebut termasuk penyataan tidak logis owner saya. Akhirnya, beberapi hari setelahnya saya memutuskan untuk resign dengan alasan harus menetap diluar kota. Owner saya pun tidak begitu saja melepas saya, karena keahlian saya yang tidak dimiliki oleh pegawai lain. Tapi tetap pada prinsip saya, yaitu saya harus segera pergi dari tempat yang membuat saya tidak nyaman. Jadi, saya tetap resign karena merasa diperlakukan tidak adil dan sudah tidak bisa lagi bekerja pada lingkungan tersebut.



Selepas resign, saya pun merasa sangat lega dan bisa menghirup kenikmatan kembali. Ya walaupun setelah itu saya tidak memiliki tujuan lain. Namun, malamnya saya dichat lagi oleh owner yang mengharapkan saya kembali. Dan tentu saja saya bilang maaf tidak bisa. Jika dipikir terkesan cepat sekali saya bekerja disana. Mungkin kalian mengira bahwa saya seperti anak kecil saja dan memikirkannya terlalu dalam. Tapi, bagaimana kita bisa bertahan jika perlakuan yang kita dapatkan tidak pantas ? Kalau perlakuan tidak pantas dari bos, mungkin saya masih bisa bertahan karena lingkungan pegawai yang mendukung seperti saya difotocopyan. Tapi ini justru sebaliknya dan saya juga tidak mendapat lingkup gerak bebas.

Disisi lain mungkin saya terkesan sangat mudah menyerah, tetapi ini bukan soal mengalah atau "indah pada waktunya" melainkan hak dan harga diri kita sebagai pekerja. Tapi bukan berarti harus cepat - cepat resign sih, hanya saja saya tidak bisa memaksakan kembali untuk berpijak lagi disana. Dan beberapa bulan setelah itu, saya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik tentunya walau awalnya juga berjalan tidak mudah. Tapi kali ini tidak boleh menyerah dan jangan mengulangi kesalahan yang sama.

Saya benar - benar mengantisipasi lingkungan kerja saya yang baru. Saya hanya tidak ingin diperlakukan seperti sebelumnya. Tapi bukan berarti saya bisa seenaknya sendiri. Tetap dalam aturan dan manusiawi.

Pesanku melalui postingan ini adalah, kerja itu tidak mudah. Apalagi kalau lingkungannya tidak mendukung. Beruntunglah kalian yang memiliki sifat masa bodoh terhadap perlakuan - perlakuan tidak penting. Selagi kalian mampu bertahan, maka teruskan. Jangan mudah down dan jangan melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Selain memberikan gambaran awal dunia kerja yang keras, saya juga sedikit curhat disini hehehe. Karena kadang hal yang menganggu didunia kerja itu bukan hanya rekan kerja, bisa juga bos, dan bisa jadi dirimu sendiri yang jadi masalahnya.

Dan bila nanti kalian sudah menjadi senior ditempat kalian, saya harapkan jangan songong. Ini tempat kerja, bukan ospek ataupun mos. Tentunya pikiran kalian sudah harus lebih dewasa dan terbuka. Terlebih lagi kalian sama - sama mencari nafkah. Kalian juga pernah merasakan masa - masa pahit, tapi jangan jadikan hal itu sebagai alasan kalian untuk balas dendam kepada junior kalian. Hidup memang keras, tapi otak jangan ikutan keras biar bisa berpikir lebih bijak. Bersaing itu boleh. Tapi, bersainglah secara sehat tanpa saling menjatuhkan. Apalagi saling fitnah.

Sebenarnya saya sedikit berat menulis postingan ini karena tiap kali mengingat masa itu, membuat saya kesal sekali. Tapi ya diambil positifnya saja, berarti untuk kedepannya harus lebih berani bertindak dan tidak perlu mengurus hal - hal buruk yang tidak penting. Buat kalian yang takut akan dunia kerja, wajar saja bila takut. Tapi jangan membuat ketakutan itu terus - menerus menghantui karena berdampak buruk pada kinerja dan lingkungan sekitarmu.

Sekian untuk hari ini, dan maaf apabila tidak berkenan. Sesungguhnya tidak ada niat menyinggung siapapun, jadi berpikir bijak saja. Tunggu postingan saya yang lainnya. Jika ingin kritik, saran, ataupun request, bisa komen dibawah sini atau bisa kirim surel ke alamat email saya yang tertera diprofil. Kalian juga bisa DM isntagram atau mention twitter saya.

Salam.

Comments

Popular Posts