"Semua Terlambat" Pengalaman Penuh Hikmah Masa SMA (4)

Halo makhluk hidup !
Kali ini saya kan melanjutkan bagian keempat untuk Pengalaman Penuh Hikmah Masa SMA. Jadi buat kalian yang belum baca bagian sebelumnya, saya harap dibaca dari bagian pertama ya...




Setelah mendaftar SBMPTN dengan pilihan jurusan Sastra Indonesia dan Sastra Inggris, saya pun merasa ada yang kurang dalam diri saya. Alhasil masa percaya diri saya pun berhenti dimana ketika saya sadar bahwa saya kurang berusaha. Semua itu terjadi akibat terlintas dipikiran saya tentang sebuah ingatan pilu saat SD. Dimana saya sudah merasa bisa dan pintar karena dicap sebagai "murid pintar" sehingga membuat saya tidak mempersiapkan apapun untuk UN. Alhasil, nilai nun saya rendah dan saya merasa sangat malu kalah dengan teman - teman saya yang lain.


Saya benar - benar dibuat sadar. Namun, saya tidak bisa berbuat apa - apa karena waktu yang sudah terlambat dan mendekati UN. Disamping itu saya juga merasa terlambat untuk mempersiapkan SBMPTN. Ya walaupun soshum, tapi tetap saja banyak materi yang harus saya pelajari dari awal, karena sebelumnya tidak menerima ilmu tersebut. Seperti ekonomi yang ada hitung - hitungannya. Untuk yang lainnya lebih full ke teori. Disitu diotak saya hanya "Bismillah". Selain persiapan yang kurang, ibadah saya pun juga tidak segencar dulu saat akan masuk SMA.

Baca Juga Pengalaman Tidak Masuk ke SMA yang Diinginkan

Puasa sunnah bolong - bolong. Kadang puasa kadang tidak. Sholat tahajud juga bolong - bolong. Itu tentu saja berpengaruh. Tapi mau gimana lagi, perilaku "meremehkan" saya masih melekat, sehingga saya tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut, walau kadang kepikiran nasib masa depan saya kuliah atau tidak. Saya juga belajar alakadarnyah. Jika tidak mengerti saya lewati, jika bingung yasudahlah, tanpa bimbingan les ataupun belajar bersama.

Singkat cerita waktu tes SBMPTN sudah dekat. Ketika melihat teman - teman lain benar - benar mempersiapkannya, saya biasa saja. Memang sedikit deg - degan dan takut menjelang tes. Karena tes berbasis tulis alias harus melingkari lembar jawaban tanpa sobek tanpa lecek dan harus cepat. Soal yang dikerjakan juga banyak. Materi yang diteskan juga tarafnya lebih tinggi dari pelajaran SMA pada umumnya. Saat itu saya sungguh menyesali tidak masuk SNMPTN. Betapa nikmatnya yang sudah diterima universitas melalui SNMPTN tanpa tes dan hanya berjuang meningkatkan nilai. Sedangkan saya dan lainnya benar - benar berjuang untuk datang tes pagi, menginap dirumah saudara, dan mengerjakan soal tes yang sebelumnya tidak pernah kita temukan di SMA.

Nah, saat tes SBMPTN, tentu kita akan menuju tempat tes sesuai yang tertera pada kartu peserta. Saat itu kebetulan saya di UNESA. Jadi, saat tiba di UNESA saya bertemu beberapa teman. Disana juga sangat ramai anak - anak yang siap tes dari beberapa penjuru kota. Karena saya soshum, jadwal tes saya lebih siang daripada anak saintek. Jadi sambil menunggu, saya duduk - duduk didekat ruang tes dengan hati deg - degan. Tak lama seorang anak perempuan mendekati saya dan mengajak kenalan. Dan rupanya mereka berasal dari Jember dan Pamekasan. Kami berbincang banyak dan anak dari Pamekasan memaparkan alasannya ikut SBMPTN, karena dia telat mendaftarkan jurusan dan universitas tujuannya diseleksi kedua SNMPTN. Sungguh sangat disayangkan.

Singkat cerita, tes sudah dimulai. Ruangan yang saya tempati tentunya ber AC. Pengawasannya sangat ketat. Jujur saya gugup dan sempat gemetar saat mengisi lembar jawaban. Tiap soal saya baca satu persatu dan ada juga yang saya lewati. Karena takut mengisi. Saat itu peraturan nilainya sesuai bobot soal, dan kalau salah / kosong : 0. Jujur bagi saya itu membuat soal SBMPTN lebih susah ketebak dan memiliki beragam nilai disetiap bobotnya. Tentu saja saya hanya mengisi yang mudah bagi saya serta bermodal mengucap nama Tuhan untuk meyakinkan hati saya.

Saya mengerjakan soal TPA dan matematika dasar terlebih dahulu. Karena itu soal logika dan saya tipe orang yang suka mikir pakai logika wkwk (ya iyalah bokk). Saya melewati bahasa Inggris. Padahal itu pelajaran favorit saya, namun setelah saya lihat soalnya itu sangat panjang dan mungkin harus dibaca beberapa kali hingga paham (maklum kan saya bukan bule heheh). Matematika dasar juga ada yg tidak saya isi. Lalu, sampailah saya mengerjakan bahasa Inggris dimenit - menit terakhir. Soal demi soal saya baca perlahan. Ya karena gupuh dan deg - degan parah, saya sempat tidak bisa konsentrasi. Tiba - tiba ingatan saya tentang meremehkan sekolah kembali terlintas. Hal itu membuat saya terganggu. Akhirnya saya bersholawat sambil mengisi lembar jawaban saya. 

Lalu, istirahat tiba. Saya sholat dan makan siang. Setelah itu tez dimulai kembali yaitu TKD SOSHUM. Yang isinya geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Beruntung semuanya teori, jadi kalau tidak tau jawabannya bisa dikira - kira hehehe. Saya melewati beberapa soal hitung - hitungan di ekonomi dan beberapa soal sejarah. Jika ditotal untuk soal yang tidak saya isi sekitar 10 lebih. Saya pikir itu hal lumrah mengingat soal yang susah jadi pikir saya banyak juga yang melewati beberapa soal.

Ketika tes selesai, saya bertanya pada teman - teman berapakah soal yang tidak mereka isi. Dan mereka menjawab terisi semua walau dengan jawaban yang ngawur. Mereka pun menjelaskan alasan kenapa diisi semua karena tidak adanya sistem -1 ketika salah. Seketika saya langsung ciut dan gelisah. Saya rasa kosong 5 soal pun sudah sangat disayangkan, apalagi kosong lebih dari 10 seperti saya. Ya tapu saya tidak bisa mengulang waktu. Benar - benar menyesal. Dan saya hanya meneruskan kehidupan dengan penuh ikhtiar sembari menunggu pengumuman.

Singkat cerita hari pengumuman sudah tiba. Hanya saja jamnya masih belum. Saya menunggu hasil dengan penuh cemas. Berbagai macam ingatan serta khayalan kehidupan masa depan terlintas dipikiran saya dan membuat saya semakin gelisah. Tidak enak makan, tidak enak menonton televisi. Jantung terus menerus berdegup kencang tanpa henti. Saya saling bertukar chat dengan teman - teman yang berharap cemas terhadap hasil pengumuman.

Akhirnya tibalah waktu hasil pengumuman. Saya memasukkan nomor pendaftaran (kayaknya wkwk lupa soalnya). Ketika laman telah loading, saya tidak berani langsung melihat hasilnya. Saya mengumpulkan nyali terlebih dahulu, karena itu beneran penentu kehidupan saya selanjutnya. Setelah berani untuk lihat, saya pun membuka mata dan melihat hasilnya. Namun, seperti prediksi saya pada awalnya saya tidak diterima diuniversitas manapun. Saya langsung nangis kenceng banget coy hehehe. Saya ngerasa semua harapan dan masa depan pupus gitu aja. Saya langsung dipeluk Mama saya, tapi tetap tangisan saya tidak reda. Berulang kali laman tersebut saya refresh, dibantu sahabat saya yang melihatkan di laptopnya. Tapi, hasilnya masih sama. 

Selepas itu, saya menutup kamar dan masih menangis dengan pikiran yang tentu saja kosong, karena harapan kayak hilang gitu aja. Harapan lulus sebagai sarjana pun pupus. Walau mendaftar ke universitas yang standart dan sederhana tidak menutup kemungkinan untuk gagal masuk juga. Saya menyadari semua kelalaian dan perilaku meremehkan saya dimasa lalu. Tapi, semua sudah terlambat. Tidak ada yang bisa saya lakukan selain menunggu pendaftaran jalur mandiri. Saya menangis tanpa henti hari itu ya walau pada malamnya diajak teman keluar untuk rileks, tetap saja saya masih menangis hingga dua hari lamanya.

Mama dan Papa saya memberikan beberapa wejangan yang sebenarnya memotivasi banget, tapi saya masih larut dalam kesedihan jadi tidak terlalu fokus.

Sekali lagi saya tegaskan, dalam setiap postingan blog, saya tidak ada maksud untuk menyinggung perasaan siapapun. Saya hanya berbagi pengalaman sesuai fakta tanpa ada bumbu sedikitpun. Jadi mohon ditelaah dengan bijak ya.

Nah sekian untuk hari ini. Kisah ini akan berlanjut ke bagian 5. Jadi tunggu aja ya. Kalian bisa komen dibawah atau kirimkan surel pada saya melalui alamat email yang tertera pada profil saya.

Comments

Post a Comment

Popular Posts